Indonesia memiliki berbagai latar belakang budaya dan adat istiadat. Provinsi Jambi dikenal dengan kebudayaan melayu yang memiliki keberagaman bentuk perilaku. Seloko salah satu ungkapan tradisional dan ujaran yang dimiliki masyarakat Jambi sebagai tanda peradaban yang maju dari masa sebelumnya.
Seloko memiliki manfaat yang besar dalam tata nilai yang mampu membina budi pekerti penduduk, baik golongan tua, muda dan anak-anak. Pengungkapan tradisional dengan seloko memiliki informasi yang dapat memberikan pengertian positif tentang sesuatu hal/ bentuk perilaku tertentu. hal ini tentu sangat besar sumbangsihnya bagi ilmu psikologi.
Persuasi sosial dengan menggunakan pheriferal route, membuat seloko sama baik fungsinya dalam membangun perilaku tertentu, termasuk dalam membentuk karakter seseorang.
Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” adalah salah satu bentuk seloko yang berkaitan dengan pola asuh orangtua dirumah. hal ini tentu sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut.

88 Comments

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

siang pak…
pak Seloko itu pribahasa “perumpamaan” istilah di Jambi (orang melayu) tapi bagaimana dengan masyarakat melayu yang orang tuannya baik perilakunya, namun perilakuanaknya (sebaliknya).
apa perubahan zaman berpengaruh terhadap istilah “seloko” & perilaku masyarakat Melayu yang semakin turun menurun.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat luar biasa pak, krna sbelumnya saya yang dari lahir dan selama belajar budaya disekolah, tidak tahu tentang seloko (mungkin saya lupa , pak) dan saat ini saya baru tahu tentang seloko, dan ternyata seloko selama ini yang menjadi tuntunan hidup masyarakat melayu jambi. Dari sumber yang saya dapat, yaitu kebudayaan.kemdikbud.go.id , ada beberapa petuah yang harus didengarkan agar seloko tidak salah memaknasi atau menafsirkan : 1. Lembah sekepeh entak sedegan : seia sekata dalam melakukan suatu pekerjaan. 2. Mudik setanjung ilir serantau : sesuatu pekerjaan hendaklah diselesaikan secara bertahap. 3. Ambil benih campaklah sarap : ambillah sesuatu yang baik dan bermanfaat kemudian buanglah sesuatu yang tidak baik. 4. Dikit menjadi pembasuh banyak menjadi musuh : segala sesuatu tidak boleh berlebihan. Dari petuah diatas, menurut saya seloko sangat dapat menjadi pedomanmasyarakat jambi, dalam bertindak dan mengambil keputusan. Sarannya : agar seloko ini dapat lebih dalam dipelajari di masa2 sekolah baik disekolah swasta dan negeri, sehingga generasi muda kedepan tidak lupa dengan budaya tempat mereka tinggal.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Pemahaman mendasar dari pesan dan tujuan sebuah kebudayaan (seloko) ini memang benar dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter salah satunya remaja dimasa storm and stress agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan perilaku beresiko lainnya. misalnya dalam seloko Jambi yang mengatakan “Bejalan peliharo kaki, jangan sampai tepijak kanti, becakap peliharo lidah, jangan sampai kanti meludah. Menggunting kain dalam lipatan. Batang pulai berjenjang naik, meninggalkan ruas dengan buku, Manusio berjenjang turun meninggalkan perangai dengan laku”.
Beberapa seloko itu sebenarnya mengandung makna yang sangat mendalam dalam mengatur perilaku kita sehari-hari baik itu perempuan ataupun laki-laki (gender), seperti cara bersikap dan berperilaku kepada orang yang lebih tua, atau membina hubungan dengan teman, atau berhubungan dengan masyarakat. Dan juga memang tidak hanya untuk remaja, seloko ini bermanfaat bagi semua golongan usia karena memberikan pengertian terhadap kita tentang cara berbudi pekerti luhur. Persuasi ini memang sangat membantu terlebih saat ini amat jarang sekali model-model pembentukan karakter yang mengaitkan unsur kebudayaan didalamnya. Padahal Indonesia sebagai Negeri Berbudaya pastinya memiliki banyak bentuk cara penyampaian pesan moral seperi seloko yang ada di Jambi ini. Memang seperti ironi, pemberitaan di media massa selama ini yang memperlihatkan tentang perilaku anak-anak dan remaja yang sangat tidak berbudaya, seperti pergaulan bebas, dan perilaku beresiko lainnya ditengah “Negeri Berbudaya” tapi justru amat jauh dari nilai-nilai “budaya”. Padahal masa remaja ini merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan manusia karena pada masa ini adalah masa remaja mengindentifikasi jati diri dan memantapkan jati diri mereka. Sangat mengkhawatirkan dan disayangkan jika remaja tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak memiliki karakter budaya nantinya jika mereka salah mengidentifikasi jati diri mereka.
Dunia dan kehidupan ini memang akan selalu berevolusi, namun variasi peranan gender sepanjang masa dan budaya apapun mengisyaratkan bahwa sebenarnya evolusi dan biologi tidak mengubah peranan gender, hanya saja manusia yang sering merubah dan menyalah artikan kebudayaan itu. Lebih jauh lagi apapun yang diwariskan dari gen nenek moyang kita, budaya itu tetap lebih menonjol dan mempengaruhi kita. Melalui seloko Jambi ini, semoga dapat kita bangun lagi dan kita hidupkan lagi semangat berbudaya baik melalui pelaksanaannya dan pemaknaannya. Dan juga dengan menghidupkan seloko dan kebudayaan sejenis, semoga dapat membantu pembentukan karakter anak bangsa yang terefleksikan dalam nilai-nilai budaya sehingga akan terbentuk jati diri masyarakat Indonesia yang berbudaya. Dan dengan pengwarisan sifat genetic dan budaya turun temurun, semoga dapat bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya sehingga tercipta lah “Peradaban yang Berbudaya”.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

wah sangat menakjubkan sekali, sangat di sayangkan jika seloko yang bisa membentuk suatu persuasi sosial, sekarang ini mulai di tinggalkan, dan mulai pudar di masyarakat jambi

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

harusnya seloko lebih digalakkan di kalangan masyarakat jambi dan juga masyarakat pendatang. sebagai kota beradat, jambi memiliki ciri khas yang sangat bermanfaat untuk banyak orang.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko memiliki tata bahasa yang unik, namun fungsi persuasinya hanya pada orang-orang yang mengerti saja. sekarang penggunaan seloko jarang terdengar di kalangan masyarakat jambi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

kenapa seloko yang ada sekarang jarang terdengar di gunakan oleh masyarakat jambi ya pak?

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

jika seloko menjadi tren di masyarakat jambi, sangat menarik tentunya. kekhasan dan kekayaan budaya jambi akan semakin terlihat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Nama: Nurul Hafizah
NIM: G1C113006
Sudah sejauhmana dan seberapa efektifkah peran seloko dalam membentuk karakter dan budi pekerti pada masyarakat Jambi pak?
Menurut bapak bagaimana cara mempertahankan eksistensi seloko pada masyarakat jambi dalam arus globalisasi saat ini? Sedangkan dapat terlihat dari kehidupan sehari – hari sudah jarang sekali orangtua apalagi anak muda untuk mengungkapkan menggunakan seloko
Selain dalam membentuk karakter, khususnya pola asuh bidang apa saja yang dapat dimasuki oleh seloko pak?

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

“Persuasi sosial dengan menggunakan pheriferal route, membuat seloko sama baik fungsinya dalam membangun perilaku tertentu, termasuk dalam membentuk karakter seseorang”
dari paragraf yang diatas menurut saya, karakter anak muda zaman sekarang sangat kurang atau sama sekali tidak diperkenalkan dengan budayanya sendiri seperti misalnya, anak muda jambi sekarang ini banyak sekali yang tidak tau apa itu “seloko” . menurut bapak bagai mana caranya untuk memperkenalkan lagi budaya-budaya yang seperti “seloko” ini kepada para anak muda khususnya di jambi tercinta ini, apa yang harus di lakukan untuk membentuk karakternya sesuai dengan budaya yang ada..?

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Hallo indonesia.
Hal ini sangat menarik untuk dikaji pak , dimana secara pendekatan psikologis pun , nenek moyang atau leluhur kita pun telah menggunakannya sebagai pembentukan karakter dari anaknya , seloko merupakan salah satu dari beribu macam bentuk budaya yang telah ada dari jaman dulu , dan seharusnya dapat di lestarikan kembali khususnya seorang yang berada di ranah psikologi , dimana sangat erat kaitannya dengan psikologi perkembangan, sosial, kepribadian maupun yang lainnya. Sesegera mungkin dapat di buat suatu wadah pengkajian mengenai ini dalam pendekatan psikologi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi sebagai suatu filsafat yang dirumuskan secara eksplisit dalam peribahasa, pepatah-petatah atau pantun-pantun tetapi masih bersifat implisit yang tersembunyi dalam fenomena kehidupan masyarakat Jambi. Seloko adat Jambi adalah sarana masyarakatnya merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan, dan tujuan dari sebuah kebudayaan.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Benar sekali seloko yang disampaikan diatas, bahkan jika saya boleh berpendapat, anak merupakan cerminan dari orang tuanya. Oleh karena itu bagaimanapun seloko yang ad di Jambi sangat besar pengaruhnya dalam membangun masyarakat Jambi yang berkelas.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko adat Jambi sebagai ekspresi bermakna ganda yaitu tidak terbatas pada struktur naratif yang tersurat tetapi pada dimensi-dimensi yang tersirat. Teks-teks seloko adat Jambi tidak hanya dimengerti secara harfiah tetapi hams ditafsirkan secara simbolik dan metafisik. Tujuannya adalah untuk mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks tersebut berupa konsepsi filosofis (konsepsi paling dasariah mengenai hakikat manusia, dunia, dan Tuhan). Dengan kata lain di dalam makna harfiah atau literal, primer yang secara langsung ditunjukkan. Bersamaan dengan itu ditunjukkan pula makna lain yang tidak langsung, sekunder, kiasan dan hanya dapat dipahami berdasarkan makna yang pertama.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Tulisan yang sangat bagus. Saya setuju dengan seloko diatas.. Pola asuh orang tua memang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak kedepan nya karena anak2 pada dasar nya meniru perilaku orang tua nya dari hal yang baik dan juga sebaliknya. tentu hal tersebut menjadi patokan bagi baik buruknya perilaku anak.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Selanjutnya, begitu juga dalam hal berkelompok atau berorganisasi, di dalam masyarakat Jambi mengenal nilai-nilai kegotong-royongan, hal ini tergambar dalam seloko adat “Ringan samo dijinjing, berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki, ke lurah samo menurun, malang samo merugi, belabo samo mendapat”. Dalam berorganisasi ini, juga senantiasa mengacu kepada nilai-nilai kemufakatan. Banyak seloko adat Jambi yang menggambarkan pentingnya bermufakat dalam berorganisasi, antara lain “Bulat aek dek pembuluh, bulat kato dek mufakat, Kato sorang kato bapecah kato besamo kato mufakat, duduk sorang besempit-sempit duduk besamo belapang-lapang”.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

1. Saya setuju dengan kutipan diatas mengenai seloko memiliki peranan penting dalam tata nilai yang mampu membina budi pekerti dan karakter masyarakat. Seloko digunakan oleh semua golongan, dari golongan tua sampai anak-anak. Seloko sebagai bagian dari local culture yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat melayu jambi, dan merupakan hasil dari kebudayaan masyarakat jambi yang berakar dari adat istiadat, dimana kebudayaan merupakan nilai, ide , gagasan, norma, tindakan yang mengatur kehidupan masyarakat dan diwariskan secara turun temurun.Seloko tidak dapat dipisahkan dengan adat leluhur Jambi, dikarenakan seloko berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan sosial manusia, oleh karena itu seloko berisikan rumusan, pedoman atau petunjuk pelaksanaan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat. Seloko tidak hanya berfungsi sebagai kesustraan yang tinggi, tetapi juga sebagai pedoman dan sarana komunikasi, oleh karena itu sangat penting dalam pembentukan karakter. Pembentukan karakter terbentuk dalam lingkungan keluarga, seloko sebagai sarana komunikasi dapat digunakan dalam pola asuh guna pembentukan karakter , tetapi pada saat ini penggunaan seloko dalam lingkungan keluarga sangat jarang ditemui pada masyarakat jambi, oleh karena itu perlu gerakan untuk membangkitkan kembali penggunaan seloko dalam kehidupan sehari-hari, karena seloko adalah bagian dari adat istiadat melayu Jambi yang seyogyanya dapat digunakan dalam pembentukan karakter dan nilai budi pekerti anak muda Jambi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Di adat jambi seloka merupakan suatu ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasehat yang bernilai etik dan moral. Ungkapan yang diberikan tidak lain meliputi peraturan bertingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakat.
Sama halnya di daerah kerinci makna serta penggunaannya pun hampir sepenuhnya sama. Di daerah kerinci seloka itu sendiri disebut sebai petuah, yakni petuah adat yang turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Yang biasanya di pakai saat acara adat oleh pemangku adat (depati, ninik mamak, dan teganai ) sebagai alat untuk menyampaikan suatu nasehat, serta merupakan sebuah pedoman masyarakat tentang tata cara berperilaku, bertindak didalam masyaraka yang tetap berpedoman atas Al-Qur’an dan Hadist (syarak). Adat yang bersendi syarak, syarak bersendikan kitabullah. Yang sah di pakai, salah di buang.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Kalau menurut saya seloko memang sangat membantu dalam membangun karakteristik dan perilaku seseorang namun yang saya masih ragu, seefektif apa seloko dalam membentuk perilaku anak masa remaja yang dimana notabenenya anak remaja sudah jarang didengarkan seloko-seloko tradisional ?

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya seloko yang mengatakan ‘cantik anak, cantik emak dan baik anak, baik bapak” itu saya setuju berdasarkan pola asuh. Tapi menurut saya di zaman sekarang yang sudah bisa terbilang modern ini, tidak hanya di lihat dari pola asuh saja , namun dapat di lihat dari lingkungan sekitar, baik itu di dalam rumah ataupun di luar rumah, karena lingkungan juga sangat mempengaruhi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya, kutipan mengeni seloko dimana memiliki peranan penting dalam tata nilai dan pembentukan budi pekerti dalam kehidupan masyarakat melayu jambi. Nenek moyang atau leluhur kita telah menggunakan sebagai pembentukan karakter darri anaknya, karena seloko berakar dari adat istiadat yang berisi tentang pedoman, aturan, dan norma. Untuk itu hal ini menarik untuk dikaji karena dimana sangat erat kaitannya dengan ranah psikologi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Jambi memiliki banyak corak ragam dan unsur-unsur budaya didalamnya. Salah satunya yaitu budaya Melayu yaitu seloko. Tetapi pembicaraan atau artikel tidak hanya sebatas budaya Melayu saja. Tetapi mengenai peradaban serta transmigrasi telah merubah Jambi menjadi provinsi yg memiliki unsur budaya n corak keberagaman di Jambi. Hal yang pantas diutarakan tidak serta merta hanya membahas budaya Melayu saja. Tetapi diiringi dengan budaya yg lainnya yg berada di Jambi dengan ciri khas masing2 budaya yang ada di provinsi jambi. Jambi maju n berkembang bukan hanya dr suku Melayu tetapi semua suku sudah berkembang dan ada di jambi

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Kalo menurut saya seloko-nya patut untuk dikembangkan, selain untuk melestarikan salah satu budaya, seloko juga memiliki andil dlm mengembangkan karakter dan budi pekerti seseorang. Kalau seloko bisa dipelihara dengan baik tentunya akan memberikan dampak yang baik juga, baik itu dlm kehidupan masyarakat maupun dlm dunia pengetahuan.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Dilihat dari manfaatnya, seloko memiliki dampak positif pak bagi pembentukan karakter, namun bagi yg baru pertama kali mendengar mungkin masih belum paham makna spesifiknya pak, karena dilihat dari contoh seloko di atas, artinya sangat dalam dan bagi yang baru pertama kali mendengar mungkin tidak sampai memikirkan kalau maknanya sedalam itu pak.
Seloko sangat menarik untuk dikaji dan mungkin baik bila dijadikan pendidikan karakter bagi anak-anak usia sekolah dasar di Jambi agar mereka selain bisa mengetahui adanya budaya seloko di kota tempat mereka tinggal, mereka juga mendapat bimbingan karakter dari seloko tersebut.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menarik pak, tapi saya harus sedikit banyak tau mengenai Seloko dan mencoba mencari-cari dan memahaminya melalui media internet, karena takut komentar saya akan ngawur. dan saya pun menjadi sadar bahwa saya termasuk yang buta dalam hal budaya. jadi yang bisa saya simpulkan adalah, seloko merupakan peraturan, pesan, nasihat, memaksa maupun tidak memaksa sebagai alat penjaga norma-norma adat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan kaidah-kaidah hukum. saya harap hanya sedikit kesalahan dari kesimpulan saya.
dan saya pun setuju, bahwa seloko dapat memberikan sumbangsih yang besar dalam ilmu psikologi, karena membentuk perilaku masyarakat tradisional melalui isi yang terkandung didalamnya.
Tetapi, apakah Seloko masih biasa kita pakai dizaman sekarang? dan kalau yang dimaksud adalah bagaimana Seloko mempengaruhi perilaku masyarakat jambi zaman dahulu bagaimana cara kita mencari taunya. maaf karena pertanyaan awam saya, ini semua karena saya cukup tertarik.
lalu bapak juga mengatakan bahwa fungsi Seloko akan baik apabila individu menerima pesan/informasi dengan jalur peripheral route, dan saya pikir dijaman sekarang masyarakat umumnya akan lebih kritis terhadap pesan yang disampaikan, sehingga seloko tidak akan terlalu kuat pengaruhnya dizaman sekarang, dimana masyarakat menanggapi pesan dengan central route. tapi saya tidak begitu memahami ELM, jadi saya pikir balasan dari bapak bisa membantu dan menambah wawasan saya.
terimakasih pak.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Memperkenalkan seloko bagi Anak Muda Jambi dapat menjadi persuasi sosial yang baik Demi membangun karakter anak muda, penggunaan Bahasa daerah mudah dipahami Dan diterima banyak masyarakat Jambi Dan tentu jangan lupa pengemasan yang baik dalam promosi seloko membantu pengenalan seloko di anak muda. Mari perkenalkan Dan pertahankan salah satu bentuk kebudayaan Jambi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Indonesia sangan dikenal dengan kebudayaan yg multikultural, oleh karena itu banyak sekali kebudayaan-kebudayaan yg unik salah satunya seloko. Apa yg harus di lakukan agar seloko dapat di perbaharui sesuai perkembangan zaman namun tidak meninggalkan kekhasan yg telah dimiliki pada masa sebelumnya ?
Terimakasih Pak sebelumnya.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko itu menunjukkan ungkapan perasaan yang ditandai dengan kalimat-kalimat kiasan sesuai dengan tempat atau acara dimana seloko itu disampaikan. umumnya seloko itu disampaikan oleh seloko adat ataupun orang tua yang ada diruang setempat. seloko itu dapat memotivasi ataupun membangkitkan alam bawah sadar kita yang memancing spontanitas pikiran kita memaknai seloko tersebut

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

iya pak hal ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut,, karena selain bermanfaat untuk membangun perilaku perilaku positif ,seloko juga dapat menjadi suatu acuan agar orangtua menghindari perilaku yang tidak baik dan menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi anak- anaknya . seperti adanya seloko:” buah tidak jauh jatuh dari pohonnya”.
Dengan perkembangan individu yang serba modern sekarang ini dimana dengan teknologi yang semakin canggih sering membuat kaum muda lupa akan budaya yang ada.
Nah bagaimana cara membuat anak.remaja ,kaum muda pada umumnya agar mereka dapat memahami,mengembangkan , dan mampu menjadikan seloko sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan?
Seperti yang kita ketahui bahwa di era modern ini kaum muda cenderung memperhatikan hal – hal yang mereka anggap keren atau istilah lainnya gaul. sedangkan hal – hal yang berkaitan dengan adat, budaya ,nilai ,dan norma mereka anggap itu sesuatu hal yang kuno atau ketinggalan zaman.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya posting Bapak mengenai penggunaan seloko dalam persuasi sosial sangat baik, terutama apabila diterapkan pada anak-anak sampai dengan remaja karena pada saat itulah pembelajaran dapat diterima dan dicerna moralitasnya oleh mereka sehingga mereka dapat memilah dan menyesuaikan perilaku dengan norma yang berlaku, perilaku dengan keyakinan dan nilai yang mereka anut, serta perilaku dengan budaya dimana mereka tinggal.
Seperti yang pernah saya pelajari di mata kuliah Psi Keluarga, Superka, et al (1976) membagi tipologi pendidikan nilai dalam 5 tahap, penanaman, perkembangan moral, analisis, klarifikasi nilai, dan belajar tindakan. Seperti salah satu contoh seloko yang dipaparkan di atas, anak atau remaja akan mengetahui bahwa seloko tersebut baik meski mereka tidak mengetahui artinya. Kemudian mereka akan mencocokkan isi seloko dengan norma, nilai, dan budaya yang berlaku di lingkungan sekitar mereka; yang kemudian anak atau remaja akan mulai menganalisis hubungan antara satu dengan yang lainnya dengan dibimbing oleh orang yang lebih tua atau berwenang dari mereka, serta pemberian contoh-contoh yang relevan. Kemudian mereka akan mengklarifikasi nilai, yang dalam hal ini makna dari seloko tersebut, dan akan menerapkannya dalam tindakan mereka.
Bahasa yang digunakan untuk seloko juga sebaiknya merupakan bahasa yang mudah dimengerti secara luas, atau dimengerti oleh masyarakat dimana seloko tersebut disebarkan. Apabila seloko tersebut menggunakan bahasa daerah, dapat disertai dengan artian dalam bahasa Indonesia pula sehingga anak dengan budaya lain akan mampu mengetahui arti dari seloko tersebut.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

menurut saya seloko itu bagus digunakan untuk persuasi sosial karena seperti yang sudah dijelaskan di atas, seloko itu baik untuk pembentukan pola perilaku anak yang diberikan oleh orang tuanya, selain itu juga dapat membentuk pola perilaku terhadap lingkungan dan budaya yang ada.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat luar biasa pak, krna sbelumnya saya yang dari lahir dan selama belajar budaya disekolah, tidak tahu tentang seloko (mungkin saya lupa , pak) dan saat ini saya baru tahu tentang seloko, dan ternyata seloko selama ini yang menjadi tuntunan hidup masyarakat melayu jambi. Dari sumber yang saya dapat, yaitu kebudayaan.kemdikbud.go.id , ada beberapa petuah yang harus didengarkan agar seloko tidak salah memaknasi atau menafsirkan : 1. Lembah sekepeh entak sedegan : seia sekata dalam melakukan suatu pekerjaan. 2. Mudik setanjung ilir serantau : sesuatu pekerjaan hendaklah diselesaikan secara bertahap. 3. Ambil benih campaklah sarap : ambillah sesuatu yang baik dan bermanfaat kemudian buanglah sesuatu yang tidak baik. 4. Dikit menjadi pembasuh banyak menjadi musuh : segala sesuatu tidak boleh berlebihan. Dari petuah diatas, menurut saya seloko sangat dapat menjadi pedomanmasyarakat jambi, dalam bertindak dan mengambil keputusan. Sarannya : agar seloko ini dapat lebih dalam dipelajari di masa2 sekolah baik disekolah swasta dan negeri, sehingga generasi muda kedepan tidak lupa dengan budaya tempat mereka tinggal.

    nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

    budaya adalah salah satu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cendrung menganggapnya diwariskan secara genetis. Indonesia memiliki banyak keberagaman budaya salah satunya adalah kebudayaan yang berkembang di masyarakat melayu Jambi yaitu seloko.
    Petuah petuah yang ada pada seloko sangatlah berguna bagi kehidupan sehari-hari masyarakat. Dimana kebudayaan tersebut akan memberi dampak baik pada perilakunya yang sopan, santun, ramah dan saling menghargai, sehingga dapat saling menjalin tali persaudaraan. Hal seperti itulah yang harus dijaga dan dilestarikan.
    Sebagian besar kepribadian banyak dipengaruhi dalam masa remaja. Hal itu dipengaruhi bagaimana dia bermain, berbicara, berdisiplin, bergaul dengan teman. Individu dan perilakunya tentu akan disesuaikan dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan itu sendiri.
    Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan seperti halnya seloko. Dimana zaman sekarang ini hanya sedikit remaja yang mengetahui dan memahami tentang seloko. Ada baiknya disekolah memberikan pengajaran tentang budaya khususnya seloko agar dapat melestarikan kebudayaan itu sendiri serta membentuk karakter remaja yang baik.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko merupakan budaya asli jambi. Disini seloko sebagai kolektif pemograman mental dan pemikiran yg menjadi acuan dari sekelompok orang di suatu tempat (jambi).
Yang bila dikaitkan dengan gen ,gender, maka pada pewarisan sifat(gen) dari orang tua ke anak yang dikaitkan dengan seloko akan memicu keinginan orang tua untuk dianggap sebagai orang tua yang memilki sifat baik dan juga dianggap sukses dalam mendidik anak.
Agar dianggap sebagai keluarga yang baik dengan sifat dan perilaku anggota keluarga yang baik dengan pembagian perbedaan fungsi, hak dan tanggung jawab lalu perbedaan perilaku yang dibedakan tatanan sosial dan budaya maka setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda sesuai jenis klaminya(gender).
Jadi dapat disimpulkan bahwa seloko merupakn suatu budaya yg unik dan positif dlm masyarakat yg dpt mendidik orng tua mnjdi orng tua yg benar dlam memberi pndidikan sikap pada anak anak mereka sehingga akan trcipta kluarga yg baik lalu trcipta lingkungan yg baik dan tercipta lah dunia dengan individu individu yg besikap baik.
Dan menurut saya seloko akan lbih baik jika diprkenalkan keseluruh lpisan masyarakat dan seluruh orang agar semua orang dpt memaknai kmudian meniru dan mlaksanakn seloko di kehidupan mereka.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko memang bisa menjadi panutan dalam berkehidupan dan mengambil keputusan dalam kehidupan tersebut bukan hanya bisa digunakan di dalam daerah jambi saja akan tetapi bisa juga menjadi panutan di luar daerah jambi, akan tetapi sayangnya banyak masyarakat yang bahkan berada di dalam daerah jambi tidak mengetahui mengenai seloko. Karena ada beberapa ungkapan seloko yang berkaitan dengan psikologi, (seperti contoh yg bapak jelaskan diatas), maka kita juga bisa menjelaskannya mengenai seloko dengan beberapa orang-orang terdekat secara tidak langsung dengan dikaitkan dengan psikologi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Dari blog ini saya merasa dapat menangkap dari informasi mengenai seloko yang belum pernah saya ketahui sampai tau dengan adanya informasi yang bapak berikan. Dan dapat sayabtangkap bawasanya Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasehat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih.
Seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi adalah sarana masyarakatnya merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan, dan tujuan dari sebuah kebudayaan.
Bersamaan dengan itu ditunjukkan pula makna lain yang tidak langsung, sekunder, kiasan dan hanya dapat dipahami berdasarkan makna yang pertama. Terimakasih bapak atas informasi yang ada.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya, bagus untuk memanfaatkan budaya daerah sendiri. Selain bagi adat dan budaya, seloko juga bermanfaat dalam tata nilai yang mampu membina budi pekerti masyarakat jambi, terkusus kita bagi kaula muda. Seloko dapat menambah kreativitas pemuda-pemudi jambi dalam bidang sastra, termasuk sastra melayu. Jika seloko yang merupakan budaya Jambi terus dikembangkan maka peradaban budaya melayu akan berkembang dalam zaman modern ini.
Seloko sama baik fungsinya dalam membangun perilaku tertentu, termasuk dalam membentuk karakter seseorang. Ternyata Seloko juga sangat berhubungan dengan psikologi dalam membentuk perilaku. Seloko juga berfungsi untuk merubah tutur kata anak-anak jaman sekarang yang tidak pada aturannya. Saya sangat setuju jika seloko di jambi benar-benar dapat dikembangkan agar karakteristik orang-orang jambi tidak beresiko.
Dalam seloko terdapat perspektif gen, gender dan budaya yang bisa dikaitkan. Seperti gen, kaitannya dalam seloko, seperti kata “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” jelas sekali gen juga terkait dalam seloko berupa pewarisan sifat. Terkait dengan gender, kebanyakan saat acara adat para laki-lakilah yang banyak membawakan seloko. Termasuk acara pernikahan, karena lelakilah yang akan memimpin rumah tangga dan imam seorang wanita. Perspektif pada budaya, jelas sekali seloko merupakan bagian dari budaya Jambi dan sangat berpotensi untuk dikembangkan.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya, Seloko yang terjadi di Masyarakat Jambi khususnya membawa suatu pewarisan sifat dari orang tua atau nenek moyang yang menciptakan seloko tersebut. Seloko inilah yang membawa Masyarakat Jambi memilki karakterisitik yang berhubungan dengan jenis kelamin yaitu ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” dimana artinya bahwa anak yang terawat cocok dengan karakteristik dari seorang Ibu dan perilaku baik anak cocok dengan dengan perlakuan bapak dirumah. Seloko ini membawa dampak positif bagi para remaja khususnya karena dengan seloko dapat membawa arti seloko itu sendiri bagi perilaku baik untuk para remaja Jambi.
Seloko dapat memilki sifat gender dimana artinya karakteristik berdasarkan jenis kelamin. Yaitu seloko yang terjadi pernikahan khususnya para penasehat perkawinan untuk memberi seloko kepada para mempelai pria untuk membimbing istri mereka ke dalam bahtera rumah tangga. Inilah yang membuat seloko dapat berfungsi dalam sifat gender.
Seloko inilah yang membawa budaya turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain secara bersama-sama dengan sekelompok orang khususnya di Masyarakat Jambi yang masih melestarikan sampai sekarang khususnya di pernikahan adat Jambi dimana awal saat memulai acara pernikahan seloko muncul.
Gen, Gender, dan Culture yang dibahas sangat berhubungan dengan seloko Masyarakat Jambi. Dengan seloko dapat memunculkan keinginan orang tua untuk berperilaku sesuai dengan isi seloko tersebut. Remaja yang saat ini krirtis identitas agar lebih memperdengarkan seloko untuk masa depan mereka sendiri. Seloko juga membawa gen ke remaja, gender ke remaja, dan culture ke remaja.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko adat jambi merupakan tingkah laku dikehidupan sehari-hari khususnya masyarakat jambi serta kaidah-kaidah hukum yang senantiasa dihormati oleh masyarakatnya dan menggambarkan diri akan hakikat kebudayaan setempat. Seloko inilah yang menjadikan masyarakat jambi mempatenkan seloko untuk berkembang secara terus-menerus. Seloko yang terjadi di masyarakat Jambi berhubungan dengan Gen, Gender, dan Culture.
Seloko yang terjadi dimasyarakat jambi merupakan suatu pewarisan adat dan yang secara turun temurun dilestarikan oleh masyarakat jambi sebagai pedoman hidup dari orang tua ataupun nenek moyang disetiap generasinya seperti salah satu seloko yang berbunyi “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah”
Pada umumnya seloko pertama kali dibawakan oleh para lelaki dikarenakan para lelakilah yang nantinya akan menjadi pemimpin dirumah tangganya kelak. Dan hal inilah yang membawa seloko dalam sifat gender.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Dari yang saya ketahui selama ini biasanya seloko banyak digunakan di acara-acara adat maupun acara lamaran,hantaran, dan pesta pernikahan karena didalam bahasanya banyak pemaknaan yang bisa kita gunakan di dalam kehidupan sehari-hari.
Seloko dapat juga dipakai dalam pengambilan keputusan di pemerintahan,contohnya Berjenjang naik betanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik dari takak nan di bawah”, seloko adat tersebut mempunyai pengertian bahwasanya dalam mengambil keputusan terdapat tingkatan-tingkatan pengambilan keputusan. Tingkatan pengambilan keputusan ini misalnya tingkat pengambilan keputusan yang tertinggi, yaitu Alam nan Barajo, sampai dengan sebuah pengambilan keputusan pada tingkatan yang paling bawah Anak nan Berbapak, Kemenakan nan Bermamak.
Dalam pergaulan sehari-hari tanpa disadari kita sering menggunakan bahasa-bahasa seloko tersebut contohnya,telunjuk menunjuk kelingking bekait(janganlah lain dikata lain dihati) awak pipit nak nelan jagung(impian yang terlalu besar,impian yang tidak mungkin) , maka dari itu sebagai generasi penerus yang sudah berada di jaman serba canggih seperti sekarang ini,hendaklah kita terus melestarikan adat dan budaya yang sudah ada sejak dulu.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Yang kita tahu Seloko adat jambi merupakan suatu ungkapan yang mengandung nasehat yang bernilai etik dan moral serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu di patuhi. Di dalam kebudayaan di daerah proviunsi jambi seloko sering di gunakan di berbagai acara seperti, acara perkawinan, ngelamar ( ngantar tando), serah terimo ulur perkawinan, serah terimo sadekah, dll.
Seloko dalam kebudayaan jambi juga di jaga atau diwariskan kepada generasi selanjutnya, seperti anak-anak pemuda dan pemudi yang ada di daerah tersebut, para generasi tersebut dapat menjaga dan mewariskan seloko agar tidak hilang atau punah. Dan juga seloko ini dapat menjadi pedoman bagi setiap yang mengerti dan memahaminya.
Seperti dalam ungkapan seloko yang bebunyi “kalu aek keruh di muaro cubo tengok kehulu” yang bermakna (kalau ada suatu masalah terjadi, cobalah lihat dulu penyebabnya). Jadi yang dimaksud adalah setiap permasalahan yang ada pasti ada penyebabnya, jangan selalu menduga atau menuduh suatu yang belum diketrahui/belum pasti penyebabnya.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko merupakan salah satu kultur masyarakat melayu Jambi yang masih diwarisi dari generasi ke generasi. Pengungkapan tradisional ini dapat membangun dalam pembentukan karakter positif seseorang. Terlebih lagi jika diaplikasikan pada remaja yang notabenenya sedang mengalami masa “Badai” atau masa krisis identitas, contohnya peranan seloko dalam mencegah perilaku beresiko pada remaja.
Karakter seseorang bukan hanya terbentuk dari pewarisan gen (nature), namun peran lingkungan (nurture) juga membentuk kepribadian seseorang. Seperti ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang mengingatkan pada perbedaan peranan gender antara kedua orangtua.
Perbedaan peran antara Ibu dan Bapak dalam membantu pembentukan karakter anaknya dari ungkapan seloko diatas, yaitu anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan ibu yang merawat anaknya. Dan anak yang berperilaku baik berkaitan dengan peran seorang bapak dengan aturan yang dibelakukan di rumah. Dari pengaplikasian ungkapan tersebut dapat terlihat perbedaan gender yang ada dalam masyarakat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Dikemukakan oleh Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikontruksikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi . oleh sebab itu, gender dapat berubah. Contoh yang diberikannyan: baik laki-laki maupun perempuan dapat bekerja sebagai guru, buruh dan insinyur, dan dapat menagasuh anak dan merawat orang usia lanjut. Proses sosialisasi yang membentuk persepsi diri dan aspirasi semacam ini dalam sosiologi dinamakan sosialisasi gender (gender socialization). Sebagaimana halnya dalam sosialisasi pada umumnya, maka sosialisasi gender agen penting yang berperan pun terdiri atas keluarga, kelompok bermain, sekolah, dan media masa.
Dapat dikatakan gender dapat dipelajari melalui sosialisasi salah satunya adalah Seloko merupakan suatu bentuk ungkapan dan ujaran tradisonal yang dimiliki masyarakat Jambi sebagai tanda peradaban yang maju dari masa sebelumnya. Seloko sendiri merupakan suatu budaya yang berbentuk gagasan oleh sekelompok manusia dan disebarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contohnya salah satu seloko Jambi yang membentuk gender suatu budaya “ cantik anak, cantik emak dan baik anak, baik bapak”. Melalui seloko tersebut terbentuklah sebuah persepsi yang mengarah pada gender yaitu ayah dan ibu. Diartikan bahwa ayah sebagai contoh teladan bagi anak-anaknya sedang ibu telaten dalam mengurusi anaknya, yang tentu berkaitan dengan pola asuh orang tua yang berhubungan dengan budaya masyarakat tersebut.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Sebelumnya saya ingin berterima kasih untuk diberikannya informasi seperti ini. Awalnya saya tidak tahu dan tidak pernah mendengar apa itu seloko. Setelah saya membaca ini dan saya mulai mencari tahu bahwa seloko adalah adat jambi sendiri, bahkan saya yang notabene nya lahir dan dibesarkan dijambi baru mendengar apa itu seloko, yang ternyata seloko itu adalah ungkapan yang mengandung pesan. Berdasarkan apa yang saya tahu saat ini menurut saya hubungan seloko dengan gen contoh nya seperti ungkapan yang bapak beri diatas tadi yaitu “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” yang dimana itu termasuk turunan dari gen orang tua yang menurunkan sifat dan bentuk fisik dari orang tua. Untuk gender juga berhubungan dengan gen, gen yang diturunkan akan membentuk gender seseorang yang berhubungan dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita. Dan untuk hubungan seloko dengan budaya pastinya sangat berhubungan dimana seloko sendiri adalah adat Jambi yang berupa ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai petunjuk norma-norma masyarakat agar selalu mematuhi norma yang itu sudah menjadi budaya Jambi saat ini. Untuk saran agar sebaiknya informasi tentang seloko lebih di sebarluaskan agar masyarakat banyak yang mengetahui apa itu seloko, dan juga diharapkan seloko diajarkan untuk anak-anak agar mereka tahu bagaiman norma-norma yang ada di budaya Jambi.

    nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

    Sebelumnya saya ingin berterima kasih untuk diberikannya informasi seperti ini. Awalnya saya tidak tahu dan tidak pernah mendengar apa itu seloko. Setelah saya membaca ini dan saya mulai mencari tahu bahwa seloko adalah adat jambi sendiri, bahkan saya yang notabene nya lahir dan dibesarkan dijambi baru mendengar apa itu seloko, yang ternyata seloko itu adalah ungkapan yang mengandung pesan.
    Berdasarkan apa yang saya tahu saat ini menurut saya hubungan seloko dengan gen contoh nya seperti ungkapan yang bapak beri diatas tadi yaitu “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” yang dimana itu termasuk turunan dari gen orang tua yang menurunkan sifat dan bentuk fisik dari orang tua. Untuk gender juga berhubungan dengan gen, gen yang diturunkan akan membentuk gender seseorang yang berhubungan dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita.
    Dan untuk hubungan seloko dengan budaya pastinya sangat berhubungan dimana seloko sendiri adalah adat Jambi yang berupa ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai petunjuk norma-norma masyarakat agar selalu mematuhi norma yang itu sudah menjadi budaya Jambi saat ini. Untuk saran agar sebaiknya informasi tentang seloko lebih di sebarluaskan agar masyarakat banyak yang tahu apa itu seloko, dan juga diharapkan seloko diajarkan untuk anak-anak agar mereka tahu bagaiman norma-norma yang ada di budaya Jambi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Gender merupakan pembeda antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh manusia (maskulin dan feminim), yang dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu dan lingkungan sosial. Peran orang tua dalam penentuan peran gender anak bermacam-macam tergantung jenis kelamin dan usia anak. Karena ibu lebih banyak bertanggung jawab dalam pendidikan anak selama awal masa kanak-kanak dibandingkan dengan ayah, maka ibu lebih berperan dalam penentuan peran gender anak. Dengan bertambahnya usia dan meluasnya lingkup sosial, anak menentukan bahwa peran ayah lebih bergengsi dari pada ibu. Akibatnya ayah berpengaruh lebih besar pada penetuan gender anak.
Kebudayaan itu sendiri adalah fenomena sosial yang mengacu pada koleksi kompleks keyakinan, adat istiadat, kebiasaan bahasa yang memberikan indentitas bersama untuk sekelompok orang tertentu dalam kurun waktu tertentu. Seloko memiliki manfaat yang besar dalam tata nilai yang mampu membina budi pekerti penduduk, baik golongan tua, muda, bahkan anak-anak.
Gen merupakan suatu pewarisan sifat organism yang dialami oleh makhluk hidup. Dalam aspek psikologis gen, gender, dan culture pada remaja biasanya berpengaruh pada psikologis remaja itu sendiri. ada ungkapan yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari keteladanan ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diperlakukan bapak dirumah.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko sebagai salah satu hasil kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat jambi yang mempunyai sumbangsih besar terhadap pendidikan moral dan pembinaan budi pekerti baik orang tua, remaja, hingga anak-anak. Maka, sudah seharusnya menjadi kewajiban kita, khususnya anak muda zaman sekarang sebagai penerus bangsa untuk mewariskan serta menjaga agar seloko tetap eksis di era masyarakat modern ini.
Kaitannya kebudayaan seloko dengan gen, Gen adalah suatu pewarisan sifat organism yang dialami oleh makhluk hidup. Oleh karna itu apapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya bisa termasuk hubungan genetik. Kaitannya dengan seloko adalah bahwa seloko juga digunakan oleh para orang tua untuk mewariskan etika dan nilai moral yang baik yang dimiliki oleh para orang tua kepada anaknya. Atau para orang tua menggunakan seloko untuk membina dan membentuk moral anak-anak mereka. Yang mana pada salah satu ungkapan seloko ““cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” adalah salah satu bentuk seloko yang berkaitan dengan pola asuh orangtua dirumah. Yang mana hal tersebut menunjukkan adanya pewarisan gen oleh ayah dan ibu kepada anaknya.
Kemudian pada gender dan seloko pun mempunyai keterkaitan, antara lain adalah peran seloko dalam pelaksanaan perkawinan pada masyarakat jambi seperti padamasa pekenalah yakni pada tahap berusik sirihbegurau pirang, yang mana pada tahap tersebut para mempelai laki-laki dan mempelai perempuan menggunakan seloko untuk menyampaikan rasa cinta dan sayang masing-masing mereka. Contoh dari seloko yang digunakan pada masa pekenalan ini adalah yaitu pada perempuan ramo-ramo menyambar buih, sirih terletak mintak dimakan, apo benamo rajo sirih, kalu tau tolong katakan, jelatak jelatang tinggi, akar bebulu memanjat durian, abang datang kemari ini, siapo dulu siapo kudian, siapo mengiring kidau kanan. sedangkan pada laki-laki menggunakan seloko seperti bepucuklah kau bayam, kami nak memetik selaronyo, berkutuk lah kau ayam, kami nak menganing suaronyo. Seperti itulah salah satu contoh penggunaan seloko dalam hal yang berkaitan dengan gender seperti pada pernikahan.
Adapun kaitan antara seloko dengan cultur atau kebudayaan, maka sudah dapat dilihat secara jelas hubungannya. Bahwa seloko merupakan salah satu hasil dari budaya atau kebudayaan masyarakat, yakni masyarakat jambi. Seloko menjadi hasil kebudayaan masyrakat jambi karena melalui seloko tersebut dapat mengungkapkan ataupun menjelaskan karakteristik dari masyarakat jambi itu sendiri dan dapat menjadi salah satu ciri khas budaya yang dimiliki oleh masyarakat melayu jambi. Seloko digunakan oleh mayarakat jambi untuk menyampaikan pesan moral yang bisanya dilakukan oleh para orang tua kepada anaknya ataupun kepada anak-anak muda.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya ini adalah wawasan baru yang saya peroleh pak tentang seloko. Selama ini saya tidak pernah mendengar istilah tersebut setelah mencoba searching dibeberapa sumber ternyata Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasehat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih.
Selama ini saya tinggal didaerah pedesaan meskipun tidak terlalu jauh dari kota jambi tapi jujur saja saya tidak pernah mendengar kalimat tentang seloko. Dari saya SD hingga SMA tidak pernah mendengar tentang seloko yang ternyata memiliki arti penting dan merupakan sesuatu yang harus diwariskan , dilestarikan dan ada di adat melayu jambi . Agar anak cucu kelak paham dan mengerti tentang seloko . Apalagi ditengah zaman modern seperti sekarang ini , banyaknya kebudayaan yang masuk dan perlunya ada filter bagi para remaja , orang tua juga turut berpera penting dalam hal ini . Nah dengan adanya seloko initentu bisa membantu para remaja agar lebih mencintai kebudayaan dari daerahnya sendiri dari negaranya sendiri. Hal ini tentu tidak hanya berlaku bagi kaum adam saja namun juga kaum hawa untuk melestarikan dan selalu menjaga kebudayaan yang ada.
Dan ternyata manfaat seloko bergitu besar hingga bisa berpengaruh kearah perilaku bagi seseorang hal yang benar-benar luar biasa dan membawa dapat positif bagi siapapun. Dan ternyata pula , seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi sebagai suatu filsafat yang dirumuskan secara eksplisit dalam peribahasa, pepatah-petatah atau pantun-pantun tetapi masih bersifat implisit yang tersembunyi dalam fenomena kehidupan masyarakat Jambi. Seloko adat Jambi adalah sarana masyarakatnya merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan, dan tujuan dari sebuah kebudayaan.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yg sangat luar biasa pak (bagi saya khususnya) karena sebelumnya saya sama sekali belum mengetahui tentang seloko dan ini merupakan wawasan baru untuk saya pak. Dari informasi yang saya dapatkan bahwa Seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Dan dari sumber yg saya dapat satmosfir4302.blogspot.co.id/2013_11_01_archive.html?m=1 seloko adat merupakan salah satu bentuk warisan leluhur yg tidak boleh dibuang begitusaja. Harus dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu, agar mereka mengetahui betapa generasi tua mereka adalah generasi yg menjunjung tinggi adat dan budaya ketimuran. Jadi seloko harus tetap dilestarikan dan diperkenalkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama kaum muda-mudi yang sebagian besar rentan terpengaruh oleh era modernisasi. Setelah sedikit mengetahui tentang seloko ternyata petuah jambi mempunyai makna yg dalam dan dijadikan sebagai pedoman bagi warga jambi dalam kehidupan sehari2.
Saran: sebaikny dijelaskan apa itu seloko karena selain saya, saya yakin masih banyak generasi muda jambi yg belum tau dan masih bertanya-tanya apa itu seloko.
Sebaiknya sekolah atau organisasi-organisasi non-formal ikut mengambil peran sebagai jalur atau sarana untuk memperkenalkan seloko adat jambi ini, misalkan seloko adat jambi ini disisipkan dalam pelajaran kebudayaan atau dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, agar seloko adat jambi ini dikenal masyarakat sejak dini.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat bermanfaat, Pak. Seloko adat Jambi di salah satu sumber yang saya baca, merupakan sarana masyarakat untuk merefleksikan diri akan hakikatnya kebudayaan, pemahaman dasar dari pesan dan tujuan dasar dari sebuah kebudayaan (Amali Muadz).
Seloko “cantik anak cantik emak, baik anak baik bapak” dapat menjadi salah satu sumber pembahasan gen, gender, dan budaya dalam ilmu Psikologi. Pola asuh dengan memperhatikan faktor gen, gender dan budaya menjadi penentu perkembangan identitas anak yang sesuai dengan dirinya.
Seloko sebagai warisan budaya telah memberikan pedoman tentang hidup sejak dulu. Memaknainya dengan sungguh-sungguh merupakan salah satu upaya pelestarian budaya serta pembentukan karakter individu sesuai nilai-nilai luhur.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

rahma rizki yuli
G1C115037
terimakasih pak telah memberikan informasi yang bermanfaat untuk kami mengenai budaya di jambi terhususnya seloko jujur saja saya belum mengetahui tentang budaya-budaya di jambi dan apa itu seloko dan bagaimana masyarakat di jambi dalam berbudaya.
menurut saya kebudayaan di jambi senkarang sudah mulai di pengaruhi oleh budaya-budaya dari luar mungkin tidak terlalu mempengaruhi sebagian besar budaya tetapi pada saat sekarang ini sudah banyak sekali pengaruh-pengaruh yang negatif dari budaya-budaya luar,misalkan sekarang perempuan tidak takut lagi keluar rumah pada malam hari dan juga marak nya LGBT di jambi.
menurut saya bidaya jambi sekarang sudah di pengaruhi oleh budaya-budaya luar yang di bawa oleh beberapa orang perantau dari luar provinsi jambi dan berpengaruh pada masyarakat jambi.
sekian pak terimakasih

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas informasi yang sudah bapak tuliskan,sungguh suatu informasi yang sangat berharga. Setiap orang yang membaca informasi dari tulisan ini khususnya bagi saya pribadi sebagai salah seorang mahasiswa Psikologi, karena melalui tulisan bapak saya bisa mengetahui manfaat yang sangat besar dari seloko mengenai tata nilai yang mampu membina budi pekerti bagi semua golongananak-anak (tua,muda, dan anak-anak).Dari tulisan bapak pula saya mengetahui sangat banyak fungsi yang dimiliki seloko untuk kehidupan, mulai dari membentuk karakter hingga pola asuh orang tua.
Saran : Semoga seloko tidak hanya berjalan pada mesa ini namun bisa terus berjalan dan berkembang, sehingga para generasi berikutnya dapat meneruskan dan melahirkan karakter-karakter yang lebih baik lagi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menarik sekali pak mengenai seloko, saya yang berasal dari luar jambi sebelumnya tidak mengetahui apa itu seloko, dan dari tulisan bapak di atas dapat saya tangkap bahwa seloko itu berupa pepatah-pepatah yang beredar di budaya jambi. Walaupun secara penggunaan bahasa susah di mengerti oleh orang yang di luar jambi, tapi secara pengartianya seloko memiliki arti dan guna yang universal.
Berhubungan dengan bahan pembelajaran gen, gender dan culture, jelas sekali jika seloko bisa memberikan dampak yang besar terlebih lagi dibagian culture/budayanya. Seloko itu sendiri seperti yang bapak sampaikan berupa kebudayaan di jambi yang pastinya memiliki manfaat dalam membina budi pekerti, pepatah-pepatah dengan artinya yang dipahami masyarakat sekitar tersebut menjadi pandangan hidup yang berlaku. Ketika orangtua ingin menyampaikan nasihat bisa dengan mudah disampaikan dengan seloko.
Walaupun pepatah-pepatah penuh arti atau seloko tersebut ada dan terus beredar sampai sekarang, menjadi pandangan hidup dan dorongan untuk terus sesuai dengan kebudayaan, saya rasa lebih penting lagi praktik atau pelaksanaanya. Ketika orang tua menasihati anak dengan seloko tetapi orang tuanya sendiri tidak melaksanakannya, menurut saya makna seloko tersebut hilang dan hanya menjadi pepatah saja, dan di tempat dimana seloko menjadi kebudayaan haruslah terus di lestarikan dengan cara di realisasikan supaya tidak hanya menjadi pepatah saja melainkan benar-benar menjadi suatu pandangan hidup.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

bapak tidak salah lagi mengatakan seperti itu, seloko memeng memberikan nasehat dan dampak positif bagi masyarakat dengan prilaku tertentu, tapi sekarang penggunaan seloko sudah jarang terdengar apa lagi pada kaum anak muda, anak muda zaman sekarang lebih mengagumi budaya luar dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari ada yang rela mengubah penampilannya, cara bicaranya, dan bahkan tidak lagi menjadi diri sendiri.
ada pepatah mengatakan “tuo serabut timbul, tuo batu tenggelam” artinya, berjalan sesuai dengan fungsinya.
istilah persamaan gender sekarang memang sudah membuming dan tidak asing lagi bagi masyarakat, istilah gender itu sendiri tercipta oleh aktivitas sosial, dan dibentuk oleh manusia sendiri. persamaan gender sekarang sudah menjadi kebudayaan atau culture dalam masyarakat bicara tentang gender, gender dibentuk berdasarkan konstruksi sosial yang sangat erat kaitannya dengan masalah kultural, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Setiap kelompok masyarakat, bisa jadi memiliki konstruksi sosial yang berbeda-beda dalam memandang posisi kaum lelaki dan perempuan sehingga akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan peradaban kultural atas perbedaan jenis kelamin.
berhubungan dengan gen, gender, dan culture, seloko dapat memberikan dampak positif di masyarakat dalam menerapkan dan melestarikan kebudayaan daerah jambi
apalagi sekarang budaya daerah kita sudah banyak diabaikan dan digantikan oleh budaya luar, seharusnya seloko,pepatah,petitih adat tetap diajarkan oleh guru-guru di sekolah agar generasi muda tidak meninggalkan kebudayaan yang telah lama di jaga oleh nenek moyang kita.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko ini sanggat bermanfaat sebagai cerminan masa depan remaja yang kini sedang merak meraknya mengalami globalisasi budaya banyaknya para remaja yang mengikuti budaya asing yang mereka anggap bahwa itu adalah benar seperti contohnya gender yang merupakan pembeda antara laki laki dan perempuan yang di ciptakan oleh manusia itu sendiri ,yang dapat di tukar atau di ubah sesuai tempat ,waktu dan lingkungan norma .
dan seiring majunya zaman culture / kebudaan kita sendiri akan hilang karna tak ada pengenalan tentang budaya kita sendiri kita hanya lebih melihat budaya asing yang di anggap tren dan gaul padahal budaya kita sendiri tak kalah bagusnya dari budaya mereka dan dengan adanya seloko ini akan sanggat baik untuk memperkenalkan budaya kita yang sudah hampir tidak lagi banyak d kenal oleh masyarakat kita . dan kita tak bisa memeksakan budaya kita , kepada orang lain hanya saja kita perlu memperkenalkan budaya kita kepada orang lain agar budaya itu di kenal banyak masyarakat.
dan di seloko ini kita bisa pesan yang bernilai etik dan moral bahwa masyarakat kita bertingkah laku sesuai hukum dan norma norma yang berlaku contoh dalam mengambil keputusan (berjenjang naik betanggo,turun ,turun dari takak nan di atas ,naik dari takak nan bawah” yang artinya dalam mengambil keputusan terdapat tingkatan tingkatan pengambil an keputusan dalam pengambilan keputusan ini misalnya yang tertinggi yaitu alam nan berajo dan sampai ke bawah

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Gender merupakan pembeda antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh manusia (maskulin dan feminim)yang dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu dan lingkungan sosial (Sudarta,2013). Budaya merupakan sesuatu yang memiliki nilai, keyakinan, norma dan sejarah. Jambi memilikisuatu budaya yang telah diwariskan turun temurun yaitu seloko. Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih.
Remaja adalah cermin kehidupan yang penuh dengan perubahan sosial yang bisa dikatakan sebagai masa transisi dan penuh dengan gejolak kehidupan. Gender dibentuk oleh aspek sosial dan tidak bisa dilepaskan oleh budaya media yang perkembangannya semakin pesat. Budaya media (media culture), seperti yang dituturkan oleh Kellner (1996:164) menunjuk pada suatu keadaan yang tampilan audio visual atau tontonan-tontonannya yang telah membantu merangkai kehidupan sehari-hari, mendominasi proyek proyek hiburan, membentuk opini politik dan perilaku sosial, bahkan memberikan suplai materi untuk membentuk identitas seseorang. Media cetak, radio, televisi, film, internet, dan bentuk-bentuk akhir teknologi media lainnya telah menyediakan defenisi-defenisi untuk menjadi laki-laki atau perempuan, dan membedakan status-status seseorang berdasarkan kelas, ras, maupun seks (Hartiningsih, 2003).
Seloko Jambi sangat banyak jumlahnya, misalnya seloko adat yang mengatur dalam kehidupan berkelompok (masyarakat), dalam hal pergaulan sehari-hari, dan sebagai bentuk nasihat dalam menjalani kehidupan di dunia. Seloko adat merupakan salah satu bentuk warisan leluhur yang tidak boleh dibuang begitu saja.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

SELOKO
Sebuah informasi yang sangat luar biasa pak, terutama bagi saya sendiri yang belum bnyak mngetahui tentang hal yang befkaitan dengan seloko.
Seperti yang banyak diketahui bahwa seloko itu merupakan ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah , nashat yg bernilai baik, serta peribahasa,pepatah petitih atau pantun2 selain itu seloko juga dipandang sebagai pandangan hidup atau pandangn unia yang mndsari kebudayaan daerah jambi.
Banyak manfaat dan inspirasi yang dapat di ambil dari Seloko, dimana jika masyarakat daerah jambi khususnya menerapkan secara baik seloko adat jambi ini bisa membawa banyak dampak positif terutama bagi para remaja generasi muda jambi, yang sekarang banyak remaja yang sudah meninggalkan adat tmpat kelahirannya sndiri dan mndukung budaya2 modrn , hal itu tidak bisa dibiarkan berlarut larut karena akan bnyak dmpak negtif yg ditimbulkan .
Jika budaya modrn trus masuk tampa di imbangi dengn budaya2 yg beelku di jambi hal tsb bisammpengaruhi masyarakat daerah jambi . Bebicara mngenai budaya mdrn yg mulai mnguasai budaya daerah . Contohnya seperti sekarang ini yang mana pria dan wanita tidak ada batasannya lagi adanyanya komunitas lgbt , dan hal ini salah satu bukti dampak negatif yg ditimbulkan dari mulai dihilangkannya seloko adat jambi yang telah mnjadi tuntutan masyarakat jambi.
Seloko ini harus tetap dikembngkan dan dilestarikan, para generasi muda seharusnya lebih memperdalam dan mngkaji lagi mngenai seloko ini supaya kedepannya kita bisa mmprthankan budaya tmpat kita tinggal . .

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Hal ini memang sangat menarik untuk di kaji lebih lanjut bahwasanya belum banyak masyarakat jambi tau tentang seloko, terkait dengan unsur kebudayaan jambi Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya, jadi hal ini harus di ajarkan kepada pelajar – pelajar di jambi agar memberitahukan kepada mereka , mereka mempunyai kebudayaan yang amat sangat berharga untuk di pelajari , selain bermanfaat dan mendidik bagi mereka sendiri atau pun bisa kita akui secara turun temurun kebudayaan ini .

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Awalnya saya tidak tahu apa seloko itu, namun saya sering kali mendengar istilah “seloko” di kehidupan sehari-hari. Dan setelah saya mencari info, ternyata seloko itu adalah ungakapan yang mengandung pesan/nasihat yang bernilai etik dan moral. Makna dari soloko ini pun merupakan peraturan-peraturan untuk bertingkah laku di kehidupan masyarakat. Dan seloko ini pun menjadi tuntunan hidup masyarakat Jambi sejak dulu. Dan karena sifatnya yang berupa pesan dan nasihat, seloko ini digunakan oleh para orang tua untuk menasihati anak-anaknya. Seloko juga dipakai untuk berkomunikasi pada zaman dahulu, namun karena perkembangan zaman, bahasa luar lebih di prioritaskan daripada seloko, sehingga seloko pun menjadi jarang terpakai dan membuat anak-anak generasi muda tidak mengenal identitas daerahnya sendiri. Dan sebagai generasi muda kita pun harus mengenal dan melestarikan seloko yang telah ada sejak zaman dahulu sebagai identitas kita, sehingga seloko pun tidak terlupakan oleh zaman.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko sebagai salah satu ungkapan tradisional masyarakat Jambi tentu memiliki peran yang besar dalam pembentukan perilaku masyarakat khususnya Jambi. Sepeti yang telah kita ketahui telah banyak terjadi penurunan moral dan sikap dalam masyarakat kita. Sebagai generasi penerus bangsa, kita tentu saja tidak boleh berdiam diri dan menyaksikan hal ini terjadi.
Kita harus melakukan upaya yang efektif agar hal ini tidak berlanjut, salah satunya melalui seloko. Karena seloko berasal dari Jambi, hal ini tentunya dapat memudahkan penanaman perilaku kepada masyarakat Jambi, karena budaya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam diri seseorang.
Salah satu bentuk penurunan yang sedang marak diperbincangkan adalah LGBT. LGBT merupakan salah satu bentuk tidak terbentuknya gender yang seharusnya dalam diri seseorang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan penanaman nilai-nilai yang terdapat dalam seloko kepada masyarakat, maka hal ini dapat dicegah dan terbentuknya generasi yang sesuai dengan harapan masyarakat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

imformasi yang bermamfaat pak, maka dari itu perlu pemahaman tentang Seloko adat sejak dini agar seloko itu tidak hilang oleh waktu, apalagi remaja menganggap pemahaman tentang seloko tidak lah penting. saya sendiri pun tidak begitu tahu tentang seloko adat, dan akhirnya saya sadar bahwa seloko adat merupakan penyeimbang perilaku berbudaya dan bernorma.
terkadang kita fanatik terhadap dunia luar yang kita anggap modren dan gaul dan menganggap budaya kita kuno. Budaya yang ada diwariskan dari generasi satu ke generasi lain tidak lah banyak yang tau. Berhubungan dengan teori psikososial Erik H. Erikson yang sudah kita pelajari dimana pada umur remaja ini dimana bisa terjadinya kekacauan identitas dan kebigungan. Tidak sedikit remaja yanga binggung terhadap budaya apa yang harus di pegangnya.
berkaitan dengan gen, Gender, kultur, seloko dapat membedakan antara peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosisal, budaya dan adat istiadat dari kehidupan sehari hari baik laki laki maupun perempuan. Secara sosiologis gender adalah seperangkat peran yang menunjukan pada identitas dan menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminim dan maskulin. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orangtua ke anaknya.
seloko adalah pepatah petitih yang di wariskan oleh nenek moyang kita dahulu, salah satu pepatahnya menyebutkan “Lain padang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya begitu juga lain tempat, lain pula pepatah adatnya” berarti pemahaman seloko itu dikenal dari daerah kita masing-masing.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya, Seloko yang ada di Masyarakat Jambi membawa gen atau pewarisan sifat dari orang tua terdahulu. Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” memilki artinya bahwa anak dapat mewarisi cantik seperti ibunya dan baik anaknya diwarisi dari bapaknya. Inilah yang membuat seloko memliki sifat gen yaitu semacam pewarisan sifat berdasarkan perilaku anak tersebut. Remaja yang saat ini khususnya berpotensi berperilaku beresiko. Seloko inilah yang dapat membantu remaja menghindari perilaku beresiko tersebut.
Seloko dapat diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Remaja dituntut untuk melestraikan seloko tersebut. Di Kota jambi khususnya terdapat sekelompok orang yang melestarikan seloko tersebut. Seloko juga digunakan pada saat pertemuan acara adat Provinsi Jambi dan juga pernikahan adat Jambi.
Seloko berhubungan dengan Gen, Gender, dan Culture di dalam psikologi sosial. Seloko dapat berguna untuk memenuhi kriteria para orang tua untuk kebaikan remaja itu sendiri, Karena seperti kita tau, remaja sangat rentan untuk perilaku beresiko pada saat ini. Seloko dapat bermanfaat bagi mereka sendiri.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat menarik bagi saya mengenai blog Bpk. Karena sebelumnya saya tidak mengetahui apa itu yang dinamakan dengan seloko. Berkaitan dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa seloko ini berhubungan dengan gender dan budaya dalam masyarakat. Dan didalam blog ini bisa dikaitkan mengenai Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” .
Hal yang merupakan kesetaraan gender, bawasanya kondisi dimana laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan ataupun hak yang sama sebagai manusia, agar dapat lebih berperan dan ikut berpartisipasi dalam hal kesehariannya atau budaya yang ada. Dari penjelasan diatas dapat ditafsirkan bahwa setiap orang/masyarakat mempunyai kesempatan mendapatkan akses yang adil dan sama terhadap budaya dan tidak menyimpang dalam hal yang ada. Sehingga untuk kedepannya dapat mewujudkan seloko sebagai pedoman/petunjuk didalam masyarakat.
Dengan adanya terwudnya kesetaraan gender dalam hal ini merupakan proses sosial budaya yang penting karena menyangkut dua hal.
Pertama, pada tataran masyarakat akan terlihat proses dominasi budaya terjadi secara dinamis yang memungkinkan kita menjelaskan dinamika kebudayaan secara mendalam. Kedua, pada tataran individual akan dapat diamati prosesnya di dalam reproduksi identitas budaya sekelompok orang di dalam konteks sosial budaya tertentu. Proses adaptasi ini berkaitan dengan dua aspek, yakni ekspresi kebudayaan dan pemberian makna akan tindakan-tindakan individual.
Terimakasih informasinya pak. Telah memperkenalkan apa itu seloko 🙂

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Sebelum kita mengaitkan Seloko dengan Gen, Gender dan Culture, Kita harus mengetahui dulu pengertian Gen, Gender dan Culture. Gen adalah suatu pewarisan sifat organisme yang dimiliki oleh makhluk hidup . Gender adalah pembeda antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh manusia, yang dapat ditukar atau diubah sesuai tempat , waktu , dan lingkungan sosial . Culture atau Budaya adalah sesuatu yang memiliki nilai , keyakinan , norma , dan sejarah .
Kita sudah mengetahui Indonesia mempunyai berbagai latar belakang budaya dan adat istiadat . Salah satu ungkapan tradisional dan ujaran yang dimiliki masyarakat jambi sebagai tanda peradaban yang ada dari zaman dahulu yang disebut seloko . Seloko bermanfaat untuk memberikan pengertian positif tentang suatu hal dalam bentuk perilaku tertentu , termasuk dalam membentuk karakter seseorang .
Budaya sangat memiliki keterikatan yang erat dengan seloko , mempunyai konsep dimasa lalu dengan sejumlah pembelajaran dalam melihat sikap kemasyarakatan . Budaya memandang seloko sangat baik untuk di terapkan didalam masyarakat , karena ini berkaitan juga dengan pola asuh yang ada dimasyarakat . Misalnya ungkapan “ Cantik anak , cantik emak dan Baik anak , baik bapak “ . Yang disini artinya “ Anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan ibunya , ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang di berlakukan bapak dirumah “.
Gen disini pun juga berkaitan dengan seloko . Misalnya penurunan tingkah laku didalam keluarga , seperti ayahnya mempunyai sifat yang ramah akan menurunkan sifat yang ramah tersebut juga kepada anaknya , karena semua sifat bisa saja diturunkan oleh kedua orang tuanya .
Gender juga cukup berkaitan dengan seloko didalam memajukan budaya Indonesia . Karena antara laki-laki dan perempuan dizaman sekarang adanya penyetaraan gender dalam memajukan budaya Indonesia .

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Indonesia mempunyai berbagai latar belakang adat istiadat, tidak terkecuali di jambi. Seloko adalah salah satu ungkapan tradisional dan ujaran yang dimiliki oleh masyarakat jambi. Seloko digunakan masyarakat jambi sebagai pedoman hidup yang berisi petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan social dalam masyarakat.
Seloko memiliki manfaat yang besar dalam tata nilai yang mampu membina budi pekerti masyarakat. Pengungkapan tradisional dengan seloko memiliki informasi yang dapat memberikan pengertian positif tentang sesuatu hal/ bentuk perilaku tertentu, jadi seloko adalah sarana masyarakat jambi untuk merefleksikan akan hakikat kebudayaan, dan menjadi pandangan hidup yang ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya.
Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah”, ini merupakan salah satu contoh seloko yang memberikan contoh pada masyarakat tentang cara mengasuh anak dan cara berkehidupan dalam rumah tangga. Karena inilah seloko sangat bermamfaat bagi masyarakat jambi, karena menjadi petunjuk dan juga sebagai pedoman bagaimana berkehidupan didalam masyarakat sehari-hari.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih. Seloko adat Jambi juga merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi juga merupakan sarana masyarakatnya dalam merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan dan tujuan dari sebuah kebudayaan (Amali Muadz).
Salah satu contoh seloko adat Jambi adalah mengenai pengambilan keputusan dalam pemerintahan, seloko adat Jambi menyebutkan bahwasanya: “Berjenjang naik betanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik dari takak nan di bawah”, seloko adat tersebut mempunyai pengertian bahwasanya dalam mengambil keputusan terdapat tingkatan-tingkatan pengambilan keputusan. Tingkatan pengambilan keputusan ini misalnya tingkat pengambilan keputusan yang tertinggi, yaitu Alam nan Barajo, sampai dengan sebuah pengambilan keputusan pada tingkatan yang paling bawah Anak nan Berbapak, Kemenakan nan Bermamak.
Seloko adat lainnya yang sangat banyak jumlahnya, misalnya seloko adat yang mengatur dalam kehidupan berkelompok (masyarakat), dalam hal pergaulan sehari-hari, dan sebagai bentuk nasihat dalam menjalani kehidupan di dunia. Seloko adat merupakan salah satu bentuk warisan leluhur yang tidak boleh dibuang begitu saja. Harus dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu, agar mereka mengetahui betapa generasi tua mereka adalah generasi yang menjunjung tinggi adat dan budaya ketimuran.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Yasindy Mebliany
G1C115053
Informasi yang sangat bermanfaat pak, seloko memang merupakan kebudayaan asli jambi, tapi tidak semua orang mengetahui apa itu seloko.
Menurut saya pak, didalam dunia psikologi sendiri seloko ini juga bisa digunakan, salah satu contohnya seperti didalam seloko bisa mengandung informasi pengungkapan mengenai gender yaitu perbendaan laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosisal. Didalam lingkungan budaya masyarakat tradisional yang belum paham akan gender, mereka memberikan tugas kepada anak remaja laki-laki dan perempuan sesuai dengan jenis kelamin dan pengalaman mereka disaat remaja.
Maka dari itu seloko harus lebih dilestarikan tidak hanya di lingkungan masyarakat sekitar, karena seloko mempunyai dampak yang berpengaruh bagi masyarakat. Kita juga bisa menggunakan seloko untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat yang belum mengetahui akan peran gender dan juga masih banyak yang lain. Dan melalui seloko kita pun bisa mengajak masyarakat untuk merubah suatu hal kearah yang lebih baik.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang menarik bagi saya mengenai blog Bpk. Karena sebelumnya saya tidak mengetahui apa itu yang dinamakan dengan seloko. Berkaitan dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa seloko ini berhubungan dengan gender dan budaya dalam masyarakat. Dan didalam blog ini bisa dikaitkan mengenai Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” .
Hal ini merupakan kesetaraan gender, bawasanya kondisi dimana laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan ataupun hak yang sama sebagai manusia, agar dapat lebih berperan dan ikut berpartisipasi dalam hal kesehariannya atau budaya yang ada. Dari penjelasan diatas dapat ditafsirkan bahwa setiap orang/masyarakat mempunyai kesempatan mendapatkan akses yang adil dan sama terhadap budaya dan tidak menyimpang dalam hal yang ada. Sehingga untuk kedepannya dapat mewujudkan seloko sebagai pedoman/petunjuk didalam masyarakat.
Dengan adanya terwudnya kesetaraan gender dalam hal ini merupakan proses sosial budaya yang penting karena menyangkut dua hal.
Pertama, pada masyarakat akan terlihat proses dominasi budaya terjadi secara dinamis yang memungkinkan kita menjelaskan dinamika kebudayaan secara mendalam. Kedua, pada individual akan dapat diamati prosesnya di dalam reproduksi identitas budaya sekelompok orang di dalam konteks sosial budaya tertentu. Proses adaptasi ini berkaitan dengan dua aspek, yakni ekspresi kebudayaan dan pemberian makna akan tindakan-tindakan individual.
Terimakasih informasinya pak. Telah memperkenalkan apa itu seloko 🙂

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat berguna dan bermanfaat pak, dimana saya belum mengetahui tentang seloko sebelumnya.
Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, dan nasehat yang bernilai. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma di dalam masyarakat. Seloko senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakat karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih. Seloko adat jambi bukan hanya sekedar peribahasa tetapi merupakan pandangan hidup yang mendasari seluruh budaya Jambi.
Pernyataan”cantik anak cantik emak,baik anak baik bapak” merupakan konsep gen, gender dan budaya yang mengacu kepada adanya pembentukan sikap. Berbagai peran dan harapan ini dapat dipelajari, dapat berubah setiap saat, dan bervariasi baik di dalam maupun di antara berbagai budaya. Analisis kebijakan yang berdasarkan gender memperlihatkan bagaimana subordinasi anak dibangun secara sosial.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang menarik bagi saya mengenai blog Bapak, Karena sebelumnya saya tidak mengetahui apa itu yang dinamakan dengan seloko. Berkaitan dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa seloko ini berhubungan dengan gender dan budaya dalam masyarakat. Dan didalam blog ini bisa dikaitkan mengenai Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” .
Hal ini merupakan kesetaraan gender, bawasanya kondisi dimana laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan ataupun hak yang sama sebagai manusia, agar dapat lebih berperan dan ikut berpartisipasi dalam hal kesehariannya atau budaya yang ada. Dari penjelasan diatas dapat ditafsirkan bahwa setiap orang/masyarakat mempunyai kesempatan mendapatkan akses yang adil dan sama terhadap budaya dan tidak menyimpang dalam hal yang ada. Sehingga untuk kedepannya dapat mewujudkan seloko sebagai pedoman/petunjuk didalam masyarakat.
Dengan adanya terwudnya kesetaraan gender dalam hal ini merupakan proses sosial budaya yang penting karena menyangkut dua hal.
Pertama, pada masyarakat akan terlihat proses dominasi budaya terjadi secara dinamis yang memungkinkan kita menjelaskan dinamika kebudayaan secara mendalam. Kedua, pada individual akan dapat diamati prosesnya di dalam reproduksi identitas budaya sekelompok orang di dalam konteks sosial budaya tertentu. Proses adaptasi ini berkaitan dengan dua aspek, yakni ekspresi kebudayaan dan pemberian makna akan tindakan-tindakan individual.
Terimakasih informasinya pak. Telah memperkenalkan apa itu seloko 🙂

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Budaya merupakan sesuatu yang memiliki nilai,keyakinan, norma dan sejarah. Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskam dari generasi ke generasi. Dalam jurnal yang saya baca yaitu Editorial Vol 2 No 1 2013, disebutkan bahwa seloko merupakan salah satu dari 7 warisan budaya yang dimiliki Jambi dan potensial untuk dikembangkan.
Secara instrinsik seloko memiliki nilai-nilai luhur, sedangkan secara ekstrinsiknya seloko memiliki keindahan sastra. Ungkapan “cantik anak, cantik Emai dan baik anak baik Bapak” menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan ibu di rumah , ataupun baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan bapak dirumah. (Susan A Basow,1984) pernah melakukan penelitian yang diketahui bahwa dalam masyarakat dengan pola perawatan dan pengasuhan anak-anak hanya semata-mata tanggung jawab wanita dan kekuatan fisik sangat menentukan dalam kehidupan perekonomian. Disini terdapat perbedaan peran gender yang paling tajam.
Gender adalah karakteristik dari seseorang yang berhubungan dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita. Lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor utama dalam menanamkan dan memberikan pemahaman tentang gender. Seloko tidak hanya menjadi salah satu warisan budaya yang dimiliki, namun melalui seloko seseorang juga dapat mengartikan maupun memahami makna yang terkandung di dalam seloko tersebut, yang salah satunya mengenai gender. Terimakasih atas informasinya pak, informasi ini merupakan suatu informasi yang bermanfaat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Terima kasih atas informasi mengenai seloko khas provinsi jambi dan juga sumbangsihnya terhadap ilmu psikologi sendiri. saya sebagai mahasiswa jurusan psikologi sangat terbantu dengan informasi yang telah bapak berikan untuk memahami salah satu materi kami yaitu mengenai gen, gender, dan culture. Dan sekaligus, informasi yang bapak berikan membuat kami sebagai generasi muda mengingat kembali kebudayaan yang kami miliki, salah satunya adalah seloko jambi yang dimana seloko itu sendiri berfungsi sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu di patuhi meliputi peraturan bertingkah laku dan dijadikan sebagai pandangan hidup.
Berbicara soal gen, gender, dan culture, maka seloko yang paling tepat untuk menjelaskanya adalah “bunyi siamang di bukit pangkah, turun tekuluk makan padi. kalau tegemang ulak langkah, sementaro main belum jadi”. Seloko tersebut memiliki arti, orangtua sebagai pewaris gen harus ikut serta dalam memperhatikan gerak gerik, tingkah laku, serta budi pekerti anaknya yang harus sesaui dengan gendernya, serta tidak melenceng dari kebudayaan yang ada. Ataupun seloko yang sudah bapak sampaikan di atas yaitu “cantik anak, cantik emak. Baik anak, baik bapak”
Maka dari seluruh seloko yang ada, munculah satu seloko yang menjadi inti sari bagi kota jambi, yang berbunyi, “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah” yang memiliki arti setiap kehgiatan makhluk hidup harus berdasarkan atas tuntunan dan syariat agama yang kita anut, serta menjungjung tinggi nilai nilai kebudayaan sekitar.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya pak,seloko memanglah kebudayaan asli jambi yang patut untuk dilestarikan
Apalagi seloko merupakan salah satu kebudayaan dijambi yang masih belum banyak diketahui maupun telah byk ditinggalkan akibat perkembangam zaman yang makin modern.. Sebaiknya kebudayaan seloko perlu dilestarikan oleh kaum muda jambi baik laki” dan perempuan agar setiap individu maupun kelompok di daerah jambi masih memegang erat ungkapan tradisional seperti halnya seloko tersebut

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

gen , gender dan kultur , yah itulah pembahasan kamis 21.04.2016, sangat menarik untuk dibahas karena disini kita membahas tentang prilaku anak laki-laki , perempuan dan budaya dan hubungannya dengan seloko.
Disini menurut saya seloko telah membudaya karena kenapa, ? banyak bermacam-macam seloko yang ada di kota jambi termasuklah di daerah saya muarojambi/ sebrang , yang mana disini bisa kita ketahui bersama pengertian dari seloko tersebut adalah pesan atau nasehat yang bernilai etika dan moral, serta sebagai alasan agar masyarakat mematuhi norma-norma yang telah dibuat .
Disini bila dihubungkan dengan gender , antara wanita dan laki-laki adalah , bila laki-laki di budaya jambi adalah : laki-laki tidak boleh direndahkan atau derajat laki-laki lebih tinggi dari wanita, dan laki -laki harus menjaga wanita dengan sebaik-baiknya sesuai dengan norma, nilai dan ajaran agama , sedangkan wanita bila di budaya jambi adalah , : wanita harus selalu mematuhi perintah suaminya / laki-laki karena derajat wanita lebih rendah dari suami sesuai dengan nilai , norma dan agama .
Bila mungkin di kebudayaan lain ada yang berbeda terbalik dengan seloko jambi ,maka dari itu kebudayaan masing-masing daerah itu berbeda atau malah unik tapi tujuannya sama.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas informasi yang sudah bapak tuliskan, sungguh suatu informasi yang sangat berharga, sehingga semua orang yang membaca informasi ini khususnya bagi saya pribadi, karena melalui tulisan bapak saya bisa mengetahui manfaat yang sangat besar akan adanya seloko. Sangat banyak fungsi adanya seloko untuk kehidupan mulai dari membentuk karakter hingga pola asuh orang tua, jika dihubungkan dengan Gen, Gender, dan Budaya yang dimana:
1. Gen adalah suatu pewarisan sifat organism yang dialami oleh makhluk hidup
2. Gender adalah karakteristik dari seseorang yang berhubungan dengan jenis kelamin (laki-laki ataupun perempuan) .
3. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sudah dapat dilihat dengan jelas bahwa didalam selokopun sudah dituliskan seloko membahas tentang tata nilai dan budi pekerti yang pastinya ada si dalam pengajaran budaya, pola asuh orangtua yang ada di dalam gen , dan seloko mampu membina budi pekerti bagi semua golongan orang tua, muda, dan anak-anak (gender)

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Seloko merupakan salah satu dari banyak budaya melayu yang ada di provinsi Jambi. Berkaitan dengan konsep terciptanya budaya yang berdasarkan kebutuhan, maka dapat diasumsikan bahwa lahirnya seloko tentu karena adanya tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sama-sama kita mengetahui bahwa perilaku yang ideal atau perilaku yang mengandung nilai moral, tentu sangat dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat dalam rangka mencapai masyarakat yang madani. Seloko diciptakan dalam mempermudah pembinaan budi perkerti dengan penanaman nilai-nilai luhur. Dan seloko hadir untuk membidani lahirnya perilaku yang dibutuhkan masyarakat itu, melalui pesan-pesan tersirat yang mengandung nilai-nilai moral dalam tubuh seloko dengan cara pemberian pengertian positif tentang sesuatu hal atau bentuk perilaku tertentu seperti yang bapak tuliskan diatas.
Dari pengaruh positif seloko yang telah diketahui, maka ini merupakan kesempatan besar bagi pemerintah provinsi untuk memanfaatkan seloko secara optimal dalam rangka pembinaan budi pekerti remaja, salah satunya dengan cara menyisipkan materi tentang seloko dalam mata pelajaran muatan local. Dari sana siswa dapat memahami pesan-pesan moral yang terkandung dalam seloko, menghayati serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Informasi yang sangat bermanfaat sekali pak.
Seloko merupakan salah satu bentuk warisan leluhur yang tidak boleh dibuang begitu saja. Seloko adat Jambi diibaratkan sama dengan gen dari orang tua yang diwarisi ke anaknya, jadi sifatnya turun temurun yang seharus dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu, agar mereka mengetahui betapa generasi tua mereka adalah generasi yang menjunjung tinggi adat dan budaya ketimuran, yang merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi.
Isi ungkapan seloko tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, tapi merupakan ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasihat yang bernilai etika dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma yang meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma yang seharusnya ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi agar selalu dipatuhi oleh masyarakat khususnya diprovinsi jambi ini. Tujuannya adalah untuk mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks.
Selain contoh diatas “cantik anak, cantik emak, baik anak baik bapak” yang maknanya sama dengan perbedaan antar gender yang mempengaruhi pola pengasuhan orang tua dalam psikologi, banyak sekali macam seloko lainnya misalnya, seloko dalam hal berkelompok atau berorganisasi, di dalam masyarakat Jambi mengenal nilai-nilai kegotong-royongan, yang tergambar dalam seloko adat, seloko sebagai bentuk nasihat dalam menjalani kehidupan di dunia, seloko dalam hal pengambilan keputusan dalam pemerintahan, dan lain sebagainya.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar.Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambiantara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.Bagi masyarakat Melayu Jambi, adat mereka adalah Islam. Islam dan adat adalah dua hal yang tidak terpisah. Sebuahselokoyang sering diulang-ulang adalah “adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato adat memakai”.Selokoini berarti bahwa adat atau kebiasaan masyarakat Melayu Jambi didasarkan pada syariat yang berasal dari kitab suci; apa yang dititahkan syariat, akan dipakai oleh adat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Unsur kebudayaan yangdirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan kebudayaan yangada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar.Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambiantara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur budayamelayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.Bagi masyarakat Melayu Jambi, adat mereka adalah Islam. Islam dan adat adalah dua hal yang tidak terpisah. Sebuahselokoyang sering diulang-ulang adalah “adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato adat memakai”.Selokoini berarti bahwa adat atau kebiasaan masyarakat Melayu Jambi didasarkan pada syariat yang berasal dari kitabsuci; apa yang dititahkan syariat, akan dipakai oleh adat.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Menurut saya pak, seloko adat jambi tidak hanya sekedar paribahasa,pepatah atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yg mendasari seluruh kebudayaan jambi contoh dalam keputusan biasnya ada di acara pengambilan keputusan dalam kota jambi menyebutkan ‘berjejang naik bertanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik dari takak nan dibawah’ kalau berorganisasi di dalam masyarakat jambi dgn bergotong royong contoh seloko adar jambinya ‘ringan samo dijinjing, berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki, ke lurah samo menurun, malang samo merugi, belabo samo mendapat’ ada juga ‘bulat aek dek pembuluh, bulat kato dek mufakat, kato sorang kato bepecah kato busamo belapang-lapang’. Dan jiko tepijak benang arang hitam tapak, jiko tersuruk di gunung kapur putih tengkuk’ ini artinya dalam pembutiktian ini bisa dibuktikan yang salah tetap salah dan yang benar tetap benar. Seloko jambi mengandung arti, pesan, amanst, petuah, atau nasehat setiap seloko tersebut bernilai norma masyakat agar selalu dipatuhi

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko merupakan gagasan yang begitu penting untuk diimplementasikan agar hendaknya mengintervensi perilaku bersiko atau perilaku yang tidak dapat di terima norma-norma sosial dan kebudayaan,dengan adanya seloko dapat mencegah minimalnya.sebagai salah satu kebudayaan jambi seloko merupakan kebanggan tersendiri bagi masyarakat jambi,dan bagaimana generasi ke generasi tidak bosan-bosannya mensosialisasi apa itu seloko,manfaat seloko,pengaruh yang begitu signifikan terhadap perilaku individu dikarnakan manfaat adanya seloko.
dan salah satu bagaimana seloko dapat dipahami sebaik mungkin, adanya peran masyarakat,pemerintah terus membudidayakan mengenai seloko,misalnya dengan mengadakan perlombaan-perlombaan mengenai seloko.karna begitu banyaknya manfaat positif dari seloko salah satunya konformitas negatif pada kelompok-kelompok sosial,dikarnakan akhir-akkhir ini sering kali kita dipertontonkan perilaku-perilaku yang tidak layak ditontonkan.seloko benar-benar mempunyai posisi tersendiri bagaimana pengaruh skema yang ada pada individu agar bisa terhindar dari perilaku menyimpang.
pemerintah dijambi khususnya bagaimana memliki program kerja meyuarakan manfaat dan kegunaan seloko,karna menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat jambi sebagai pelopor seloko.seloko juga menintrepretasikan bahwasanya peradaban di jambi memiliki kebudayaan yang memiliki budaya yang bernilai positif.dan tidak mengedepankan perbedaan gender tentang manfaat seloko,dikarnakan kita sebagai maasyarakat jambi tetap solid tanpa mempresepsikan peran gender,karna perilaku tetntunya dikonasikan individu.kerja sama yang baik antara masyarakat jambi dan pemerintah jambi khusunya sangat dibutuhkan untuk terus menerus mencintai seloko,agar tidak punah dimakan waktu.indonesia dan dunia membutuhkan mengetahui apa itu seloko dan apa itu manfaat seloko.karna banyak nya nila positif dari seloko untuk perilaku individu.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

seloko merupakan gagasan yang begitu penting untuk diimplementasikan agar hendaknya mengintervensi perilaku bersiko atau perilaku yang tidak dapat di terima norma-norma sosial dan kebudayaan,dengan adanya seloko dapat mencegah minimalnya.sebagai salah satu kebudayaan jambi seloko merupakan kebanggan tersendiri bagi masyarakat jambi,dan bagaimana generasi ke generasi tidak bosan-bosannya mensosialisasi apa itu seloko,manfaat seloko,pengaruh yang begitu signifikan terhadap perilaku individu dikarnakan manfaat adanya seloko.
dan salah satu bagaimana seloko dapat dipahami sebaik mungkin, adanya peran masyarakat,pemerintah terus membudidayakan mengenai seloko,misalnya dengan mengadakan perlombaan-perlombaan mengenai seloko.karna begitu banyaknya manfaat positif dari seloko salah satunya konformitas negatif pada kelompok-kelompok sosial,dikarnakan akhir-akkhir ini sering kali kita dipertontonkan perilaku-perilaku yang tidak layak ditontonkan.seloko benar-benar mempunyai posisi tersendiri bagaimana pengaruh skema yang ada pada individu agar bisa terhindar dari perilaku menyimpang.
pemerintah dijambi khususnya bagaimana memliki program kerja meyuarakan manfaat dan kegunaan seloko,karna menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat jambi sebagai pelopor seloko.seloko juga menintrepretasikan bahwasanya peradaban di jambi memiliki kebudayaan yang memiliki budaya yang bernilai positif.dan tidak mengedepankan perbedaan gender tentang manfaat seloko,dikarnakan kita sebagai maasyarakat jambi tetap solid tanpa mempresepsikan peran gender,karna perilaku tetntunya dikonasikan individu.kerja sama yang baik antara masyarakat jambi dan pemerintah jambi khusunya sangat dibutuhkan untuk terus menerus mencintai seloko,agar tidak punah dimakan waktu.indonesia dan dunia membutuhkan mengetahui apa itu seloko dan apa itu manfaat seloko.karna banyak nya nila positif dari seloko untuk perilaku individu.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

kita tahu bahwa jambi merupakan salah satu rumpun melayu di indonesia,yang mana masyarakat melayu kental akan seni baik berupa tari,nyanyian maupun ungkapan-ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral(seloko).hal tersebut diwariskan turun temurun dan didalamnya terkandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melayu jambi,hal yang diwariskan turun temurun bukan seperti sifat(gen) yang diwariskan ibu kepada anaknya namun dalam artian peraturan dalam bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari berpegang pada kaidah-kaidah hukum atau norma-norma contohnya yang membatasi laki-laki dan perempuan (gender)yang harus senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi jika dilanggar.namun sekarang kerap kali terjadi pergeseran nilai terutama masalah gender yang semakin abu-abu,hampir tidak ada batasan antar laki-laki dan perempuan seperti fisik,pakaian,dan tingkah laku.
saya rasa perlu perhatian dari pemerintah dan khususnya generasi tua untuk membimbing agar tetap berada pada nilai-nilai luhur yang penuh pesan moral,untuk pemerintahan jambi perlu diajarkan budaya-budaya jambi sejak dini seperti menambahkan mata pelajaran muatan lokal yang berbau budaya jambi disekolah dasar .karna sifatnya yang abstrak jadi perlu contoh dari generasi tua baik dalam kehidupan sosial,agama,etika,batasan laki-laki dan perempuan,perkataan dan sebagainya.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Ini adalah informasi yang beharga pak, karna saloko adalah budaya yang harus di pelajari dan di ajarkan ke anak dan cucu kita agar tetap lestari karena saloko ini tidak besifat gen yang turun begitu saja, seperti bakat dari orang tua, sifat dari orang tua dan sebagainya, makanya saloko harus tetap kita ajarkan kepada anak atau cucu kita agar kata – kata yang bagus yang bermakna atau kata – kata yang bertuah tetap lestari di masa yang akan datang.
Budaya seperti saloko ini adalah salah satu kultur budaya kita yang menunjukan bahwa kita sebagai orang ketimuran agar kita tetap berlaku sopan dan baik seperti halnya kultur adat orang ketimuran yang dari dulu kita jaga, namun di zaman sekarang banyak anak – anak yang tidak mengetahui dan tidak mau tahu akan kultur ketimuran kita seperti halnya saloko, dan juga orang tua serta guru – guru juga sangat sedikit sekali yang mengajarkan atau memberitahu saloko ini kepada anak dan cucunya, itu juga yang membuat saloko ini semakin sedikit diketahui dan diajarkan dan tidak menutup kemungkinan budaya saloko ini lama – kelamaan akan punah, maka dari itu kita sebagai remaja punya tugas untuk melestarikan budaya saloko ini dan orang tua yang mengetahui saloko ini juga wajib untuk mengajarkannya agar saloko tetap lestari.
Dan gander tidak penting dalam mempelajari atau mengajarkan saloko ini karena semua orang harus mempelajarinya baik perempuan atau laki – laki, namun agar saloko ini lebih mudah di ajarkan kepada anak – anak, bisa dengan mengajarkannya dengan peran gander seperti peran gander seorang ibu atau ayah, contohnya seperti ibu yang menceritakan larangan – larangan dalam budaya saloko

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

selamat malam pak, salam damai , berbicara tentang seloko, yakni sebagai peradaban yang lebih maju, yang lebih baik dari masa – masa sebelumnya . mengapa sebutan seloko itu sendiri muncul ? saya pikir sebuah ungkapan itu muncul karena adanya sesuatu harapan atau adanya suatu kejadian real yang memang sudah terjadi sebelumnya.
seloko disini berperan sebagai pedoman bagi masyarakat jambi untuk meneruskan paradaban, kebudayaan, dan tentunya untuk mengarahkan provinsi jambi kearah yang lebih baik dari sebelumnya .
Namun yang menjadi pertanyaan adalah , mengapa baru sekarang ini sebutan seloko itu muncul atau terdengar di masyarakat ? sementara seloko itu sendiri adalah ungkapan tradisional jambi yang berarti peradaban yang lebih maju dari masa sebelumnya.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

pengetahuan baru yang baik pak. saya sebelumnya tidak tau apa itu seloko. saya baru pertama kali mendengar kata seloko saat mengikuti kuliah di FKIK Universitas jambi, namun sejujurnya saya belum paham sepenuhnya apa itu seloko dan apa hubungannya dalam bidang ilmu psikologi. mengenai peran gen, gender kultur adakah hubungannya dengan seloko?dan mengenai Ungkapan “cantik anak, cantik Emak dan baik anak, baik Bapak” yang menjelaskan bahwa anak yang terawat merupakan bagian dari ketelatenan Ibu dirumah, ataupun perilaku baik anak berkaitan dengan aturan yang diberlakukan Bapak dirumah” adalah salah satu bentuk seloko yang berkaitan dengan pola asuh orangtua dirumah. apakah seloko dapat mempengaruhi peran gender? jika ia bagaimana itu bisa mempengaruhi peran gender? seperti yang kita ketahui bahwa orang tua adalah faktor yang mempengaruhi peran gender yang pertama.
gen adalah pewarisan sifat organism yang di alami makhluk hidup, sumbangsih seperti apa yang dapat seloko berikan pada pewarisan sifat makhluk hidup (gen)? seloko merupakan kebudayaan masyarakat jambi seperti yang bapak tuliskan dalam tulisan bapak “HALLO INDONESIA” harapan saya semoga dengan adanya tulisan bapak mengenai seloko, seloko makin lebih dikenal kalangan anak muda dan kalangan usia lainnya yang mungkin banyak belum tau apa itu seloko. dan seloko dapat kembali menunjukka eksistensinya dan menjadi tuntunan masyarakat khususnya bagi masyarakat jambi.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

Merupakan informasi yang bermanfaat atas apa yang sudah bapak tuliskan, terimakasih sebelumnya.
Karena apa yang sudah bapak tuliskan ini dapat diketahui oleh pembaca mengenai hal yang dinamakan “seloko” yang mana mengandung pesan atau nasihat bernilai etika dan moral, serta sebagai alat pemaksa serta pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi dalam kehidupan masyarakat melayu Jambi dan dapat pula di pahami sesungguhnya manfaat bagi arti pendidikan untuk pertama kalinya atau bisa juga disebut pola asuh terhadap anak yang dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah.
Berkaitan dengan gen, gender, dan kebudayaan disini yaitu:
1. Gen, disini ialah pewarisan dari kedua orangtuanya dengan segala bentuk dari segi biologis maupun sifat dan juga karakter individu itu sendiri (atau disebut juga nature).
2. Gender, yaitu karakteristik yang membedakan antara diri individu tersebut sebagai seorang laki-laki atau perempuan.
3. Culture/budaya, merupakan cara atau bisa juga disebut sebagai pola dalam kehidupan dalam bermasyarakat yang terus berkembang seiring dengan pewarisannya dari generasi ke generasi.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa seloko sebagai ekspresi bermakna tersirat yang berupa ungkapan-ungkapan dari masyarakat (secara generasi ke generasi) berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih yang memiliki arti/maksud yang mendalam. Yang mana pula tujuannya untuk mencari makna yang hendak disampaikan berupa konsepsi filosofis.

nofransekasaputraMarch 18, 2016 at 1:17 am

informasi yang sangat membantu pak, untuk masyarakat di jambi dan diluar jambi tentang seloko, karena dari beberapa orang asli jambi yang saya tanyakan ada yang kurang mengetahui tentang seloko dan bagi saya sendiri yang berasal dari luar kota menambah informasi saya tentang budaya Jambi.
apakah sampai sekarang penerapan seloko jambi masih diterapkan sebagai pola asuh masyarakat jambi sejalan dengan perkembangan zaman dan kehidupan masyarakat yang sudah modern?
seloko jambi ini baik untuk diterapkan agar dapat membedakan dengan masyarakat diluar jambi.

 Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *